Posts

Showing posts from September, 2018

Baur Sedalu Komunikasi Kembali Hadir Tahun Ini!

Image
Sumber: @commersua18 (Instagram) Mengangkat tema “Video Game”, Baur Sedalu Komunikasi 2018 siap menyambut mahasiswa/i baru Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga angkatan 2018. Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara ini selalu diwariskan dari satu angkatan ke angkatan di bawahnya. Dengan begitu, Baur Sedalu Komunikasi tahun ini dipercayakan kepada mahasiswa/i angkatan 2017 sebagai angkatan di bawah angkatan 2016 yang sudah menyambut mereka pada Baur Sedalu Komunikasi tahun lalu. Sebagai bagian dari rangkaian acara orientasi mahasiswa/i baru, Baur Sedalu Komunikasi (BSK) selalu kental akan tradisi. Oleh karena itu, serangkaian acara yang dihadirkan cenderung mirip dari tahun ke tahun, mulai dari Pra-BSK 1 dan Pra-BSK 2, Jelajah HIMA 1 dan Jelajah HIMA 2, yang kemudian ditutup dengan Malam Keakraban Mahasiswa/i Ilmu Komunikasi sebagai puncak acara Baur Sedalu Komunikasi. Pra-BSK 1 merupakan acara pertama Baur Sedalu Komunikasi yang mencoba memberikan penjelasan kilat pada mah

Sedikit Catatan dari Seorang Mahasiswi Rantau

Image
Dua tahun lalu pada bulan Juli, aku menapakkan kakiku untuk pertama kalinya di Surabaya. Aku mengingat kesan pertamaku. Hal pertama yang membuatku tercengang adalah jalan rayanya yang begitu lebar. Satu arah dari jalan besar Surabaya sama dengan dua arah jalan raya di Medan. Bayangkan betapa besarnya Surabaya meskipun Medan hanya satu peringkat di bawahnya dalam daftar kota terbesar di Indonesia. Tentu tidak semua jalan raya di Medan sesempit yang ku gambarkan, namun kota ini begitu besar dan berbeda dari kota asalku, dan aku akan menetap di sini selama empat tahun ke depan untuk studi S1-ku. Ada sedikit ketakutan yang terbesit di kepalaku kala itu. Aku tidak pernah merasa asing, sekalipun di negara lain. Namun, ibukota Jawa Timur ini berhasil membuatku merasa asing, dan keasingan itu sangat asing bagiku. Ke mana pun aku pergi, aku hanya bisa kebingungan. Di Medan, aku terbiasa berkomunikasi dengan bahasa Hokkien. Memang, di luar keluarga dan teman-temanku, aku mengguna

Festival Cheng Beng: Tradisi Ziarah Kubur Etnis Tionghoa di Indonesia

Image
Sumber:  jackyyonghonwai (Instagram) Ada satu hari setiap tahunnya yang mewajibkanku untuk bangun lebih pagi daripada biasanya. Bukan, bukan pada hari ulang tahunku. Bukan juga hari ulang tahun orang-orang penting dalam hidupku, karena segala bentuk perayaan ulang tahun terlalu buang-buang uang, waktu, dan energi menurutku. Sekitar akhir Maret atau awal April setiap tahunnya, tepatnya salah satu dari 10 hari sebelum dan sesudah tanggal 5 April, aku dan adikku akan dibangunkan jam 3 pagi untuk bersiap-siap berangkat ke makam leluhur Ayahku di Pantai Cermin. Aku sudah familar dengan Festival Cheng Beng ini sejak sejauh ingatanku mengingat. Seperti tahun-tahun sebelumnya, salah satu dari kedua orang tuaku akan menggiringku untuk cepat-cepat ke kamar mandi untuk sekedar menggosok gigi dan membasuh muka. Subuh masih terlalu pagi dan dingin untuk mandi. Di depan rumah, segala warna-warni kertas, kue, dan buah-buahan sudah menempati bagasi mobil. Spion dalam mobil sudah tid